- Sebuah penelitian dari Universitas Arizona menunjukkan bahwa 1 dari 3 spesies hewan dan tumbuhan akan punah pada 2070. Berdasarkan skenario data analisis iklim pada 500 spesies dari seluruh dunia, lebih dari setengah spesies dapat punah jika suhu maksimum global meningkat lebih dari 0,5 derajat celcius. Dan 95 persen spesies bisa mengalami kematian jika suhu maksimum global mengalami kenaikan sebesar 2,9 derajat celcius. “Hasil studi kami menunjukkan bahwa pergeseran peran organisme memungkinkan banyak populasi bertahan dari perubahan suhu yang dramatis. Namun, penyebarannya saja mungkin tidak cukup untuk menyelamatkan sebagian besar spesies,” ungkap para peneliti dalam studi yang dipublikasikan Proceeding of the National Academy Sciences. Baca Juga Foto Ini Tunjukkan Keindahan Pari Manta Merah Jambu yang Langka John J. Wiens Katak pohon besar yang umumnya dapat ditemukan di Madagaskar dapat punah akibat perubahan iklim global yang memanas. Mengidentifikasi kenaikan suhu lokal menjadikan kunci penelitian untuk mengetahui populasi mana yang akan punah. Para peneliti mengatakan, kepunahan ragam spesies hewan dan tumbuhan di masa depan akan tergantung pada percepatan pemanasan iklim. Meski belum jelas perubahan iklim di wilayah mana yang akan mendorong kepunahan. "Dengan menganalisis perubahan dalam 19 variabel iklim di setiap lokasi, kita dapat menentukan variabel mana yang mendorong kepunahan lokal dan berapa banyak yang dapat ditoleransi," kata Román-Palacios, salah satu peneliti dari Departemen Ekologi dan Biologi Evolusi Universitas Arizona sekaligus penulis utama penelitian ini. Baca Juga Kabar Buruk, Hutan Amazon Menghasilkan Karbon Lebih Banyak Dibanding yang Diserapnya John J. Wiens, peneliti yang terlibat dalam studi ini menyatakan bahwa keberhasilan pelaksanaan Perjanjian Paris mengenai perubahan iklim dapat membantu 'mengurangi kepunahan secara signifikan', yakni kurang lebih hingga 16 persen. “Jika manusia menyebabkan peningkatan suhu yang lebih besar, kita bisa kehilangan lebih dari sepertiga atau bahkan setengah dari semua spesies hewan dan tumbuhan,” ungkap Wiens dalam pernyataan persnya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Kenaikansuhu rata-rata bumi mengakibatkan es pada kutub utara dan kutub selatan mencair. Es yang mencair berarti hilangnya habitat spesies yang bergantung pada es seperti beruang kutub, penguin, anjing laut, dan juga walrus. Beruang kutub merupakan salah satu spesies yang menunjukkan bagaimana pemanasan global menyebabkan kepunahan spesies. Peningkatan suhu menyebabkan hilangnya spesies - Teka-teki Silang "Peningkatan Suhu Menyebabkan Hilangnya Spesies" - Jawabannya adalah "Punah". Teka-teki silang adalah permainan populer yang menguji pengetahuan dan pemahaman kita tentang berbagai topik. Salah satu teka-teki silang yang menarik adalah pernyataan "Peningkatan suhu menyebabkan hilangnya spesies". Dan jawaban yang tepat untuk teka-teki silang tersebut adalah "punah".Perubahan suhu yang signifikan memiliki dampak yang serius terhadap kehidupan di Bumi. Peningkatan suhu global yang terjadi akibat aktivitas manusia, seperti pemanasan global, menyebabkan perubahan lingkungan yang merugikan bagi banyak spesies. Salah satu akibatnya adalah kepunahan spesies yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan suhu meningkat, berbagai ekosistem mengalami perubahan. Hal ini dapat mempengaruhi ketersediaan sumber daya makanan, tempat berlindung, dan kondisi pembiakan bagi spesies tertentu. Spesies yang tidak dapat beradaptasi dengan perubahan tersebut menjadi rentan terhadap kepunahan. Mereka mungkin tidak mampu bertahan hidup atau berkembang biak dalam lingkungan yang berubah secara drastis akibat peningkatan polar bear adalah salah satu spesies yang terancam punah akibat peningkatan suhu global. Pemanasan global menyebabkan mencairnya es di Kutub Utara, yang merupakan habitat utama polar bear. Tanpa es, polar bear menghadapi kesulitan dalam mencari makanan dan berkembang biak. Penurunan populasi polar bear menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan spesies hanya spesies di lingkungan kutub, banyak spesies lain juga terancam punah karena peningkatan suhu. Koral terumbu, misalnya, sangat rentan terhadap bleaching perubahan warna akibat kematian alga simbiotik yang disebabkan oleh suhu air laut yang tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan kematian masal koral, yang memiliki dampak besar pada keanekaragaman hayati di terumbu untuk mencatat bahwa perubahan suhu bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan kepunahan spesies. Perusakan habitat, polusi, dan perubahan iklim secara keseluruhan juga berperan dalam menyebabkan hilangnya spesies. Namun, peningkatan suhu merupakan faktor penting yang mempercepat proses kesimpulan, pernyataan dalam teka-teki silang tersebut, "Peningkatan suhu menyebabkan hilangnya spesies", memiliki jawaban yang tepat yaitu "punah". Peningkatan suhu global yang disebabkan oleh pemanasan global merupakan ancaman serius bagi keanekaragaman hayati dan kelangsungan hidup spesies di seluruh dunia. Upaya mitigasi perubahan iklim dan perlindungan lingkungan yang lebih baik sangat penting untuk menghentikan laju kepunahan spesies dan menjaga kehidupan di Bumi untuk generasi hadapan tantangan yang dihadapi oleh perubahan suhu dan hilangnya spesies, penting bagi kita untuk mengambil tindakan yang tepat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk melindungi kehidupan dan mengurangi laju kepunahanMengurangi Emisi Gas Rumah Kaca Salah satu upaya utama dalam mengatasi pemanasan global adalah mengurangi emisi gas rumah kaca yang berasal dari kegiatan manusia. Ini dapat dilakukan melalui penggunaan sumber energi terbarukan, efisiensi energi yang lebih baik, transportasi berkelanjutan, dan pengurangan polusi Habitat Melindungi dan memulihkan habitat alami sangat penting dalam menjaga keberlanjutan ekosistem. Ini termasuk menjaga hutan, lahan basah, terumbu karang, dan wilayah alam lainnya agar tetap utuh. Pelestarian habitat yang baik memberikan tempat tinggal dan sumber daya yang diperlukan bagi spesies untuk bertahan Kesadaran dan Pendidikan Pendidikan dan kesadaran tentang pentingnya pelestarian alam dan keanekaragaman hayati sangat penting. Dengan pengetahuan yang tepat, masyarakat dapat mengambil tindakan yang lebih sadar terhadap lingkungan, misalnya dengan mengurangi pembuangan sampah, menggunakan produk ramah lingkungan, dan mendukung praktik pertanian Spesies Terancam Mengidentifikasi spesies yang terancam punah dan memberikan perlindungan khusus bagi mereka adalah langkah penting dalam menjaga kelangsungan hidup mereka. Ini dapat melibatkan pembentukan kawasan konservasi, larangan perdagangan spesies yang terancam, dan program pemuliaan dan pemulihan Internasional Tantangan perubahan suhu dan kepunahan spesies tidak dapat diselesaikan oleh satu negara atau individu saja. Kolaborasi internasional dalam membangun kebijakan lingkungan global, melakukan penelitian bersama, dan membagikan pengetahuan dan teknologi sangat penting. Hanya dengan kerjasama global yang solid, kita dapat menghadapi tantangan ini secara penutup, peningkatan suhu yang menyebabkan kepunahan spesies adalah masalah yang mendesak dan serius. Namun, dengan tindakan yang tepat, kita dapat memperlambat laju kepunahan dan melindungi kehidupan yang ada di Bumi. Kita semua memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi dalam menjaga keanekaragaman hayati dan mewariskannya kepada generasi artikel kali ini di motorcomcom jangan lupa simak artikel menarik lainnya disini. Peningkatansuhu air, paras air laut dan keasidannya adalah ancaman terbesar kepada hidupan marin Segi Tiga Terumbu Karang. KEMUSNAHAN alam marin akan menyebabkan warga dunia kehabisan spesies makanan laut menjelang tahun 2048. Manado merupakan sebuah ibu kota yang terletak di Kepulauan Sulawesi, Indonesia kira-kira 2,500 kilometer dariRoman Demkiv/Getty Images/iStockphoto Hogweed raksasa, tanaman invasif yang getahnya dapat menyebabkan luka bakar dan jaringan parut. Perubahan iklim termasuk suhu, kelembaban, dan curah hujan, dapat menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi peningkatan penyebaran spesies invasif. invasif adalah organisme yang menyebabkan kerusakan ekologi atau ekonomi di lingkungan baru, yang bukan habitat asli wilayah tersebut. Spesies jenis ini kini sedang meningkat akibat aktifitas perdagangan dan perjalanan yang mempercepat pengenalan dan penyebaran spesies baru. Fenomen semacam ini belum pernah terlihat dalam sejarah manusia. Bersamaan dengan itu, iklim kita yang berubah pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya—iklim ekstrem. Musim dingin yang berakhir cepat, musim tanam yang panjang, air yang memanas, peningkatan kadar CO₂, serta pencairan es glasial dan naiknya muka laut. Sementara dua fenomena terakhir ini masing-masing menjadi tantangan yang menakutkan bagi keanekaragaman hayati dan kesehatan ekosistemnya sendiri. Dampak ini dapat berakumulasi secara sinergis yang pada akhirnya menghadirkan rintangan tambahan bagi konservasi dan keberlanjutan. Selama dua dekade terakhir, bukti substansial telah menunjukkan bahwa perubahan iklim akan secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi kehidupan spesies. Dampaknya pada pengenalan, pembentukan, penyebaran, dan pengaruhnya terhadap semua taksa spesies invasif. Cakupannya mulai dari hama hutan hingga spesies tanaman darat. Namun, para peneliti sedang mengeksplorasi strategi untuk menghindari dampak itu. Pemilik dan pengelola lahan, perencana dan petani, serta pembuat kebijakan secara aktif mencari jawaban. Mereka menimbang cara terbaik untuk mempersiapkan perubahan ini guna memasukkan perubahan iklim ke dalam kebijakan dan rencana pengelolaan spesies invasif mereka. Namun, pemahaman yang jelas tentang apa perubahan ini akan diperlukan untuk menghasilkan solusi. Penelitian baru yang dipimpin oleh University of Massachusetts Amherst, dan telah diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada 27 Mei 2022. Judulnya, Global environmental changes more frequently offset than intensify detrimental effects of biological invasions. Para peneliti menemukan bahwa efek ekologi dari spesies invasif sebanding dengan efek gabungan dari invasif ditambah suhu pemanasan, kekeringan atau deposisi nitrogen. Ini menunjukkan bahwa situasi kritis untuk perubahan iklim adalah mengelola spesies invasif di tingkat lokal. Bukan rahasia lagi bahwa kesehatan ekologis planet ini berada di bawah ancaman serius. Para ilmuwan sebelumnya telah mengidentifikasi beragam permasalahan. Spesies invasif, kekeringan akibat suhu yang meningkat dan siklus nitrogen yang berubah sebagian diakibatkan oleh meluasnya penggunaan pupuk sintetis. Inilah salah satu tantangan planet yang paling serius sehingga perubahan iklim global menempati urutan teratas. Berdasarkan hal tersebut, banyak yang berasumsi bahwa perubahan iklim akan secara konsisten memperkuat efek negatif dari spesies invasif—tetapi, sampai sekarang, tidak ada penelitian untuk menguji asumsi itu. "Kabar baiknya," kata Bethany Bradley, profesor konservasi lingkungan di UMass Amherst dan penulis senior makalah tersebut, "adalah bahwa kabar buruknya tidak seburuk yang kita kira." Connecticut Agricultural Experiment Station Archive, United States / Wikipedia Hemlock woolly adelgid, atau HWA, adalah serangga ordo Hemiptera yang berasal dari Asia Timur. Serangga ini makan dengan mengisap getah dari pohon hemlock dan cemara. Untuk mencapai kesimpulan ini para peneliti berupaya menyingkap efek ekologis dari spesies invasif. Tim penelitinya dipimpin oleh Bianca Lopez, yang melakukan penelitian sebagai bagian dari riset pascadoktoralnya di UMass Amherst, dan Jenica Allen, profesor konservasi lingkungan di UMass Amherst. Mereka melakukan meta-analisis dari 95 penelitian yang diterbitkan sebelumnya. Dari pekerjaan sebelumnya ini, para peneliti menemukan 458 kasus yang melaporkan efek ekologis dari spesies invasif yang dikombinasikan dengan kekeringan, nitrogen, atau pemanasan global. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Punahnyaspesies yang bergantung pada es Pemanasan global menaikkan suhu bumi dan perlahan memanaskannya. Kenaikan suhu rata-rata bumi mengakibatkan es pada kutub utara dan kutub selatan mencair. Es yang mencair berarti hilangnya habitat spesies yang bergantung pada es seperti beruang kutub, penguin, anjing laut, dan juga walrus.PEMANASAN global adalah suatu fenomena perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia. Di mana suhu rata-rata permukaan bumi terus meningkat secara signifikan akibat aktivitas manusia yang menghasilkan gas rumah kaca, seperti karbon dioksida, metana, dan nitrogen oksida. Peningkatan suhu ini berdampak pada berbagai aspek kehidupan di bumi, seperti cuaca ekstrem, naiknya permukaan air laut, terjadinya bencana alam, hingga kerusakan lingkungan. Peningkatan suhu rata-rata ini dapat menyebabkan emisi gas rumaah kaca, yaitu penumpukan gas-gas di atmosfer yang membuat radiasi matahari tertahan dan tidak dapat keluar, sehingga menyebabkan meningkatnya suhu bumi. Baca juga Cuaca Panas, Awas Heat Stroke! Yuk Kenali Gejala, Risiko Serta Penangananya Salah satu penyebab utama dari pemanasan global adalah pembakaran bahan bakar fosil yang digunakan untuk menghasilkan energi, transportasi, dan industri. Kegiatan tersebut menghasilkan emisi gas rumah kaca yang sangat besar. Dampak Pemanasan Global 1. Meningkatnya kasus alergi Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap alergi akibat pemanasan global meliputi peningkatan polusi udara, peningkatan kandungan serbuk sari di udara, dan peningkatan suhu yang dapat mempercepat musim alergi. Baca juga Pemanasan Global Semakin Mengkhawatirkan 2. Krisis pangan Perubahan iklim seperti suhu yang lebih tinggi, pola curah hujan yang tidak menentu, dan kekeringan dapat mempengaruhi produktivitas tanaman dan peternakan. Peningkatan suhu global dapat mengurangi produktivitas tanaman seperti gandum, jagung, dan padi-padian. Suhu yang lebih tinggi juga meningkatkan kekeringan di beberapa wilayah, yang menyebabkan produksi pertanian menurun. Selain itu, peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer juga dapat mempengaruhi kualitas pangan, seperti penurunan kandungan protein pada biji-bijian. 3. Rusaknya terumbu karang Peningkatan suhu air laut akibat pemanasan global memicu perubahan pada keseimbangan ekosistem di laut, termasuk terumbu karang yang sangat rentan terhadap perubahan suhu air. Ketika suhu air laut meningkat, terumbu karang menjadi stres dan mengalami pemutihan. Pemutihan terjadi ketika terumbu karang mengeluarkan alga simbiotik yang biasanya membantunya memperoleh nutrisi. Alga ini memberikan warna dan nutrisi pada terumbu karang. Ketika terumbu karang mengeluarkan alga ini, ia menjadi putih dan rentan terhadap kematian. 4. Terjadinya wabah penyakit Peningkatan suhu dapat mempercepat penyebaran penyakit yang disebabkan oleh serangga seperti nyamuk dan kutu. Penyakit seperti demam berdarah, malaria, dan zika dapat lebih mudah menyebar dengan adanya suhu yang lebih hangat dan lingkungan yang lebih lembap. Perubahan pola curah hujan juga dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit seperti leptospirosis dan kolera. 5. Kepunahan spesies hewan Peningkatan suhu global dan perubahan iklim dapat mempengaruhi kehidupan hewan dan mengancam kelangsungan hidup mereka. Beberapa contoh dari dampak pemanasan global pada kehidupan hewan antara lain hilangnya habitat alami, perubahan pola migrasi, kekurangan makanan. 6. Kelaparan dan kemiskinan Faktor berupa kekurangan sumber daya alam, kerusakan pertanian, dan peningkatan harga pangan dapat mempengaruhi terjadinya kemiskinan dan kelaparan akibat pemanasan global. Untuk mengatasi masalah kemiskinan dan kelaparan akibat pemanasan global, diperlukan tindakan yang holistik dan terkoordinasi antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah mempromosikan pertanian berkelanjutan dan mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mengurangi dampak pemanasan global. 7. Mencairnya es di kutub dan meningkatnya volume air laut Kenaikan permukaan air laut akibat pelelehan es di kutub dan ekspansi air laut karena suhu yang lebih hangat dapat menyebabkan banjir dan erosi pantai di wilayah pesisir. Selain itu, peningkatan volume air laut dapat mengganggu lingkungan laut dan mempengaruhi kehidupan hewan dan tumbuhan laut. Mencairnya es di Kutub Utara juga memiliki dampak global yang lebih luas, seperti mengganggu pola cuaca global, mempercepat pemanasan global, dan mengubah iklim di berbagai belahan dunia. Peningkatan suhu laut juga dapat memicu terjadinya badai tropis yang lebih sering dan kuat, serta menurunkan jumlah ikan dan spesies laut lainnya. 8. Krisis Air Bersih Di beberapa daerah, pemanasan global menyebabkan berkurangnya cadangan air tanah dan meningkatnya kekeringan. Di tempat lain, pemanasan global memicu peningkatan curah hujan yang ekstrem dan banjir yang seringkali diikuti oleh tanah longsor dan bencana alam lainnya. Hal ini menyebabkan banjir bandang yang berdampak pada infrastruktur dan keselamatan masyarakat, serta mengganggu sumber air bersih. 9. Kebakaran Hutan dan Kabut Asap Naiknya suhu udara dan kurangnya hujan yang terjadi karena pemanasan global, membuat hutan dan lahan semakin kering dan rentan terbakar. Kebakaran hutan ini kemudian menghasilkan asap yang menyebar dan memicu kabut asap yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan hewan. Kabut asap dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti masalah pernapasan, infeksi saluran pernapasan, iritasi mata, hingga meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Selain itu, kabut asap juga dapat menyebabkan gangguan transportasi dan perekonomian. Kebakaran hutan dan kabut asap juga dapat merusak lingkungan dan menghilangkan habitat bagi berbagai spesies hewan. 10. Peristiwa alam ekstrim Pemanasan global dapat menyebabkan peristiwa alam ekstrim seperti banjir, kekeringan, badai, dan cuaca yang tidak stabil. Peningkatan suhu udara menyebabkan lebih banyak uap air menguap ke atmosfer, yang kemudian dapat meningkatkan intensitas hujan. Hal ini dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor, terutama di daerah yang memiliki kemiringan tinggi. Di sisi lain, pemanasan global juga dapat menyebabkan kekeringan, terutama di daerah yang sudah kering atau yang mengalami kurangnya hujan. Hal ini dapat mengakibatkan kekurangan air bagi manusia dan hewan, serta mengurangi produktivitas pertanian. Selain itu, pemanasan global juga dapat meningkatkan frekuensi dan intensitas badai tropis dan siklon. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan fisik yang parah pada infrastruktur dan lingkungan, serta memperburuk kerusakan yang diakibatkan oleh banjir dan longsor. Secara keseluruhan, peristiwa alam ekstrim yang diakibatkan oleh pemanasan global dapat memiliki dampak yang signifikan pada lingkungan, kesehatan manusia, dan ekonomi. Pemanasan global memiliki dampak yang sangat luas dan serius bagi kehidupan di bumi, dan perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Upaya mitigasi harus dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumaah kaca agar suhu bumi dapat stabil dan tidak terjadi perubahan iklim yang lebih serius. Z-10 44Y20xI.